Recent Comments

Blogger templates

ekonomi Executive

ekonomi

kursor

KODE 1 KODE 2

Empty Widget

Pages

lagu

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Popular Posts

RSS

iklan

Script Iklan anda

jalan-jalan

warunk materi ekonomi

masalah utama kurikulum 2013

Tantangan utama dari Kurikulum 2013 ini menurut Isa 
adalah pada kualitas komunitas guru atau guru KKG—guru serumpun dalam menentukan tema bersama untuk proses pengajaran. “Problemnya tentu saja adalah apakah mereka mau duduk bareng untuk itu?”
Sebab bila tidak demikian, akan banyak sekali hal yang sia-sia seperti pengalaman proses pengajaran selama ini, ketika semua guru terbebani oleh 18 karakter untuk siswa sehingga semuanya mengajarkan hal itu. “Mestinya, Kan bisa dibagi? Selama ini terjadi pengulangan yang buang-buang waktu.”
Demikian pula menurut Maria, tantangannya adalah dalam bahasanya– team teaching-nya. “Mulanya, cari tema yang sama, lalu diantara tim itu harus ditentukan kompetensi dasarnya siapa yang penting?”
Sebagaimana kurikulum sebelumnya, Kurikulum 2013 ini selain masalah SDM, juga menjadi dilema bagi guru dan pihak sekolah terkait penyelenggaraan Ujian Nasional (UN).
“Sebetulnya di satu sisi guru ingin mengembangkan sikap siswa. Di sisi lain ujian akhir ini beban dan kendala kita,” ungkap Anatasia Lestari.
Terhadap hal ini, Isa Ansori menjelaskan memang negara punya tanggungjawab karena mengeluarkan dana. Melalui standar komisi, sehingga UN adalah wilayah Jakarta.
“Saya kira itu tantangannya. Dua-duanya harus jalan. Dan sekolah punya otoritas juga. Karakter itu wilayah sekolah. Dianggapnya UN seolah penentu, padahal tidak. Sekolah boleh tidak meluluskan. Hanya saja, memang sekolah terbebani prosentase kelulusan,” jawabnya.
Dengan kata lain, menurut Isa Ansori, menghadapi kurikulum 2013 ini, persoalannya lebih pada SDM, apalagi guru muda pun bisa tertular virus guru tua yang suka kemapanan.  Yang kita butuhkan adalah guru yang ‘berani” melakukan yang terbaik untuk siswa, masyarakat harus membayar mahal. Dan Kurikulum 2013 tidak butuh biaya tinggi. Tapi kreativitas guru sebagai tantangan. Kita butuh guru yang setiap minggu bisa menawarkan perubahan.
“Kalau ada guru seperti itu, ini perubahan luar biasa. Guru yang bisa mengembangkan nalar, terintegrasi,  soal apapun tidak ada persoalan. Masalahnya sekolah tidak mau repot, perubahan selalu dianggap menakutkan,” tandas Isa.
Dengan pola pikir guru yang luar biasa seperti ini, sebetulnya itu langkah maju daripada Kurikulum 2013 yang bertahap dan dievaluasi setelah 3 tahun tersebut.  Pola guru yang siap berubah seperti itu, jikapun ada kurikulum yang berubah 6 bulan sekali, guru senantiasa siap.
“Tidak harus 3 tahun evaluasi. Seperti cari info kurikulum, bagi yang tinggal dikota-kota, tidak perlu waktu 6 bulan sosialisasi. Cukup sehari saja bisa cari dan dalami dari internet, dan sebulan cukup untuk memberi masukan uji publik. Tetapi masalahnya adalah dari beberapa uji publik ini, guru malah tidak bicarakan?” ungkap Isa.
Ditegaskannya, perubahan kurikulum tidaklah krusial karena kurikulum itu benda mati. Bahkan, menjawab harapan Wahyu adanya guru-guru sampel yang perlu dilatih khusus, menurut Ansori,  Pemprov Jatim yang lalu-lalu sudah melakukan pendampingan guru di sekolah.
“Pendampingan banyak dari pemerintah karena problemnya kalau di luar birokrasi agak itu sulit. Apalagi kenyataannya, setelah pelatihan, kinerja guru juga kembali pada kemampuan seperti sebelumnya. Mental guru seperti ini harus diubah. Seolah-olah pemerintah itu segala-galanya,” tandas Isa Ansori. [S. Jai]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar