memberi informasi kepada guru mauupun calon guru untuk dapat memberikan penguatan kepada peserta didik, guna meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik.
Pemberian penguatan tidak hanya untuk memberikan
motivasi, tapi juga mempunyai tujuan lain. Paling tidak ada empat tujuan dalam
hal penguatan pembelajaran. Pertama, penguatan dapat meningkatkan perhatian
peserta didik pada matakuliah yang diajarkan. Ketika Anda memberikan penguatan
terhadap prestasi peserta didik sebenarnya Anda telah mencoba menarik perhatian
mereka untuk lebih memperhatikan, meskipun sejenak terhadap materi yang sedang
Anda ajarkan. Coba bayangkan, jika apa pun pendapat peserta didik terhadap
materi tidak diapresiasi, tentu mereka akan merasa bosan dan kelihatan monoton.
Kedua, penguatan dapat meningkatkan motivasi belajar. Coba kita refleksikan
pada diri sendiri, ketika kita berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan tanpa
dihargai atau diapresiasi, bagaimana perasaan kita ketika diberi pekerjaan yang
lain? Apakah kita lebih bersemangat mengerjakan tugas baru ataukah kita
mengerjakan asal-asalan? Dalam konteks pembelajaran, tentu peserta didik akan
lebih termotivasi untuk meningkatkan diri dalam menambah wawasan dan lebih
aktif di kelas jika pendapat yang dikemukakan kita hargai.
Ketiga, tujuan pemberian penguatan adalah untuk memudahkan peserta didik
belajar. Dengan Anda memberikan penguatan diharapkan peserta didik lebih mudah
dalam belajar sebab ketika mereka dihargai akan muncul perasaan senang yang
lebih mendorongnya untuk belajar hal-hal baru. Ingat, dalam paradigma baru
pendidikan, belajar yang paling baik adalah yang paling menyenangkan. Bagi
peserta didik yang senang suasana hatinya, tentu belajar akan lebih mudah
ketimbang belajar dalam kondisi tertekan.
Keempat, penguatan bertujuan untuk mengurangi tingkah laku yang negatif serta
membina tingkah laku positif. Dengan kita memberikan penguatan dan apresiasi
terhadap peserta didik pada dasarnya kita berusaha menciptakan budaya positif
kepada peserta didik, bahwa siapa pun yang melakukan hal baik atau berprestasi
akan mendapatkan penghargaan. Sebaliknya bagi yang melakukan tindakan tercela
atau negatif tidak akan mendapatkan penghargaan. Hal ini sangat diperlukan di
tengah maraknya permasalahan bangsa yang cenderung kurang menghargai pandangan
pihak lain yang berbeda. Dengan melatih di kelas diharapkan tradisi saling
menghargai ini juga berkembang di masyarakat agar budaya kekerasan semakin
berkurang.
D. Bentuk Penguatan
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa memberikan ucapat ”Hebat!” dan ”Wah,
sebuah ide yang bagus!” atau memberikan acungan jempol dan tepuk tangan bersama
adalah bagian dari bentuk penguatan. Secara umum ada dua bentuk penguatan dalam
pembelajaran, yaitu penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
Yang dimaksud dengan penguatan verbal adalah sebuah bentuk respons atau
apresiasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara lisan dengan memberikan kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sementara itu, penguatan
non-verbal adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap peserta didik selain
menggunakan lisan. Adapun di antara bentuk penguatan non-verbal adalah:
Penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya memberikan acungan jempol,
dengan senyuman, kerut kening tanda lebih memperhatikan, atau wajah cerah. Pada
kenyataannya, banyak di antara kita yang jual senyum kepada siswa. Padahal
senyuman kita sangat berarti bagi mereka dalam hal penciptaan suasana nyaman
belajar di kelas, apalagi senyuman kita juga dapat berarti shadaqah. Maka,
ternyumlah kepada peserta didik kita!
Penguatan dengan cara mendekati, misalnya guru duduk dekat dengan siswa,
berdiri di samping siswa atau berjalan di sisi siswa. Kita mungkin sering
menjumpai seorang guru yang hanya duduk di satu tempat secara statis dan
cenderung mematung, padahal mengajar dengan cara sambil berjalan-jalan di kelas
akan lebih membuat suasana kelas lebih nyaman secara psikis.
Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Dalam hal ini sebagai pendidik
kita dapat menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi siswa sebagai
penguatan, misalnya apabila ada siswa yang lebih memahami sebuah materi, dia
diminta maju memberikan penjelasan kepada teman-temannya yang belum bisa. Cara
seperti ini akan mendorong hatinya bungah (Jawa-red.). Dalam pandangan David
McClelland, orang yang berprestasi dan merasa senang dia akan meningkat terus
prestasinya. Ini disebut virus nAch [need for achievement].
Penguatan dengan menggunakan simbol dan benda, misalnya lencana, bintang, atau
kartu bergambar. Pernahkah nggak kita memberikan tanda bintang kepada siswa
kita yang berprestasi? Jika belum, cobalah kita lakukan, sebab hal ini akan
membuat mereka dihargai dan lebih termotivasi.
E. Prinsip-prinsip Penguatan
Agar penguatan yang kita lakukan berhasil, maka beberapa prinsip berikut ini
perlu kita perhatikan, yaitu:
Kehangatan dan antusias
Penguatan harus kita lakukan dengan tulus, tidak dibuat-buat atau ada kesan
asal melakukan penguatan. Jika demikian, maka tujuan penguatan yang kita
lakukan tidak tercapai misalnya meningkatkan motivasi atau meningkatkan
prestasi peserta didik. Karena itu, dalam melkukan penguatan kita harus lebih
bersemangat.
Kebermaknaan
Penguatan yang kita berikan hendaknya yang dapat meningkatkan motivasi peserta
didik, meningkatkan prestasi belajar, dan menarik perhatian siswa. Untuk itu,
kita perlu memperhatikan konteks saat penguatan dilakukan, sebab jangan sampai
penguatan dilakukan pada saat yang kurang tepat. Perlu diingat, bahwa penguatan
dilakukan justru ketika perhatian peserta didik mulai berkurang, motivasi
rendah, dan mereka belum fokus ke pembelajaran.
Menghindari respons yang negatif
Sebelum memberikan penguatan, kita perlu memperhatikan konteks agar penguatan
yang kita lakukan justru tidak kontraproduktif. Seharusnya meningkatkan
motivasi tapi malah menurunkan motivasi. Seharusnya membuat peserta didik lebih
bersemangat belajar tapi malah tersinggung atau menyepelekan. Ini mungkin saja
terjadi jika kita tidak mempertimbangkan konteks audiens. Sebagai contoh, cara
memberikan penguatan verbal di sekolah Jawa tentu berbeda dengan ketika berada
di luar Jawa. Begitu juga, tentu berbeda bentuk penguatan yang kita berikan di
sekolah daerah pedesaan dengan di perkotaan.
Penguatan pada perseorangan
Penguatan akan lebih tepat sasaran dan bermakna jika mempertimbangkan siapa
audiensnya. Jika tujuan memberikan penguatan untuk peserta didik secara
perseorangan tentu berbeda dengan jika kita memberikan penguatan untuk
kelompok. Karena itu, sasaran perlakuan akan mempengaruhi bentuk penguatan yang
kita berikan. Jika secara perseorangan, maka penguatan juga harus khusus
perseorangan.
Penguatan pada sebuah kelompok
Terkait dengan audiens poin sebelumnya, dalam hal ini jika penguatan ditujukan
pada kelompok, maka bentuk penguatan juga harus mengikuti.
Penguatan yang diberikan dengan segera
Penguatan akan lebih tepat sesaat setelah peserta didik menunjukkan prestasi,
tidak diselingi. Sebab, jika diselingi, konteksnya sudah berbeda, dan sangat
mungkin peserta didik sudah lain perhatian dan fokusnya. Dengan kata lain, jika
akan memberikan penguatan, jangan kita tunda-tunda!
Penguatan yang diberikan secara variatif
Dalam memberikan penguatan pembelajaran, kita harus menggunakan variasi bentuk,
verbal maupun non-verbal. Bayangkan respons peserta didik jika dari pertemuan
pertama sampai pertemuan terakhir kita hanya memberikan penguatan verbal saja,
itupan hanya kata ”Hebat!!”. Apa yang terjadi? Sangat mungkin peserta didik
kita akan mendahului mengatakan ”Hebat!!” sebelum kita mengatakannya, sebab
mereka sudah hafal. Di samping itu, hal ini juga sebagai bentuk kebosanan. Yang
terjadi malah semacam olok-olok kepada kita, bukan memotivasi mereka. Untuk
itu, dalam hal penguatan kita harus melakukan variasi. Keterampilan memberi penguatan.Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi siswa atas perbuatannya
terhadap stimulus yang diberikan guru sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penggunaan
penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif
terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang
produktif. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan
karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilan
serta dapat meningkatkan perhatian.Tujuan dari pemberian penguatan (reinforcement) adalah :·
Meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan materi pelajaran yang sedang dibahas.
·
Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.
·
Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan mengarahkan kepada
perilaku yang produktif.
Penguatan dibedakan dalam bentuk :1.
Verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui kata – kata/kalimat
pujian/penghargaan/persetujuan yang diucapkan oleh guru, seperti bagus, tepat
sekali, saya puas dengan pekerjaanmu.
2.
Non verbal adalah penguatan yang diberikan oleh guru melalui ungkapan
bahasa isyarat dengan menggunakan bahasa tubuh, misalkan melalui acungan jempol
atau anggunkan kepala tanda setuju.
Prinsip – prinsip dalam memberikan penguatan :·
Memberikan penguatan dengan penuh kehangatan dan keantusiasan.
·
Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan respon dan
tingkah laku siswa sehingga menimbulkan keyakinan dalam diri siswa.
·
Menghindari respon yang bersifat negatif terhadap tingkah laku siswa.
·
Menggunakan penguatan yang bervariasi dengan teknik penguatan verbal maupun
penguatan non verbal.
·
Memberikan penguatan dengan sesegera mungkin terhadap respon dan tingkah
laku siswa yang muncu
0 komentar:
Posting Komentar